Kompas.com
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kanan) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Balai Kota, Kamis (5/3/2015).
|
Djarot menilai, keberadaan barang-barang tersebut berpotensi mengundang tikus. Agustino mengakui, hewan pengerat itu memang kerap ditemui di kantornya. Namun, Agustino menyebut keberadaan tikus tidak hanya di Biro Umum, tetapi juga di hampir semua tempat di Balai Kota.
"Sejak tahun 1975 dibangun, sudah ada tikus. Jadi, bukan cuma di Biro Umum yang sekarang saja. Tikus kan bersarang di mana-mana. Pas mulai masuk sini bulan Februari 2014, saya juga kaget, kok gedung gede gini banyak tikus. Saya enggak tahu kenapa dulu enggak dibasmi secara masif," ujar Agustino di Balai Kota, Selasa (19/5/2015).
Menurut Agustino, jajarannya sudah beberapa kali mencoba melakukan pembasmian tikus. Namun, proses itu hanya khusus dilakukan di kantor Biro Umum.
Cara tersebut kemudian dianggap tidak efektif. Sebab, kata Agustino, tidak jarang saat pengelola Biro Umum sudah berhasil melakukan pembasmian, tikus-tikus lainnya muncul, yang kemungkinan besar berasal dari kantor lain yang berada di Balai Kota.
Atas dasar itu, Agustino menganggap bahwa tikus-tikus di lokasi yang menjadi kantor Gubernur Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama itu kompak dalam berorganisasi.
"Dia (tikus-tikus) tuh organisasinya kompak benar. Kalau satu sudah cobain sedikit racun tikus, dia laporin ke yang lain kalau itu bahaya. Tikus di sini juga bisa pindah lewat tangga," ujarnya.
Ia pun menilai, perlu langkah masif untuk membasmi tikus di Balai Kota. Langkah masif tersebut berupa pemberian racun ataupun perangkap tikus di semua lokasi yang ada.
Pembasmiannya pun tidak boleh dilakukan secara musiman, tetapi harus terus-menerus. Agustino memprediksi, anggaran yang dibutuhkan untuk pembasmian tikus kemungkinan besar mencapai Rp 200 juta per tahun.
"Saya maunya masif, enggak per lantai lagi, tetapi dari lantai dasar sampai lantai 24. Semuanya mungkin bisa sampai Rp 200 juta. Berapa sih (nilai) Rp 200 juta dibanding dia makanin kabel, dan akhirnya menyebabkan kebakaran? Mending kita tiap tahun anggarkan Rp 200 juta sampai dirasa enggak perlu lagi," kata Agustino.
Sumber: Kompas.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !