Ilustrasi tahanan di Korea Utara (Foto: www.ohchr.org / Viva.co.id)
Dalam laporannya setebal lebih dari 300 halaman, Komisi Penyelidikan PBB mengungkapkan kekejaman yang terjadi di balik tembok tebal pemerintahan Kim Jong-un. Dalam penyelidikan selama setahun, dengan berbagai bukti dan kesaksian, kisah mengerikan disajikan dalam laporan tersebut.
Seorang mantan tahanan Korut yang berhasil kabur mengatakan mereka dipaksa kelaparan hingga mati. Jasad-jasad tahanan biasanya diperintahkan untuk dikumpulkan dan dibakar. Abunya kemudian digunakan untuk pupuk tanaman. Hal ini terjadi di Kamp Penjara Luar Biasa (Kyohwaso) No.12 dan masih berlangsung hingga kini.
"Pada satu kesempatan, dia dipaksa membawa tumpukan mayat ke gunung, di sana tikus-tikus sudah menggerogoti daging-daging di wajah mayat. Saksi memperkirakan, sedikitnya 800 tahanan tewas tiap tahunnya karena gizi buruk, infeksi atau kecelakaan kerja," tulis laporan tersebut, dikutip The Telegraph, Senin 17 Februari 2014.
Kesaksian lainnya mengatakan bahwa satu saat ada wanita yang melahirkan dengan kondisi sangat kurus di kamp tahanan. Kelahiran bayi dilarang keras oleh para sipir. Penjaga kemudian datang karena mendengar tangisan orok itu dan memukuli ibunya sebagai bentuk hukuman.
Wanita malang itu memohon agar bayinya tetap hidup. Dipaksa dan dipukuli, wanita itu akhirnya menyerah. Dengan tangan gemetar, dia menenggelamkan jabang bayinya itu ke dalam air hingga tangisannya berhenti untuk selamanya.
Kadang kejahatan mereka yang ditahan sangat sepele, mulai dari menonton sinetron asing hingga mencari makanan untuk keluarga mereka. Di Korut, makanan dijatah pemerintah komunis. Beberapa lainnya ditahan setelah direpatriasi oleh negara tempat mereka kabur.
Ada juga yang ditahan karena diduga berkhianat pada negara. Tidak hanya tersangka yang dipenjara, melainkan seluruh keluarganya juga turut mendekam di kamp kerja paksa. Tidak heran PBB mengatakan bahwa kekejaman Korut mirip tentara Nazi pada Perang Dunia II.
Makan Rumput
Seorang tahanan mengatakan, mereka sangat kelaparan sampai-sampai rela makan cacing atau ular yang ditangkap di kebun. Ini dilakukan agar perut mereka sedikit terisi.
"Karena banyaknya orang yang mati, kami jadi terbiasa. Maaf, kami sangat terbiasa sehingga tidak merasakan apapun," kata dia, diberitakan CNN.
"Di Korea Utara, seseorang yang tengah sakratul maut akan meminta makanan. Ketika seseorang mati, kami menelanjanginya dan mencuri pakaiannya. Mereka yang hidup harus bertahan, mereka yang mati, maaf, tapi mereka telah tiada," lanjut saksi lagi dalam laporan PBB itu.
Saksi lainnya Jee Heon mengatakan dia terpaksa mencari rerumputan untuk dimakan bersama seorang tahanan lainnya yang sudah dianggapnya kakak sendiri. Namun dia ketahuan penjaga dan dihukum. Mereka dipaksa makan rumput beserta akar dan tanah.
Setelah itu mereka berdua menderita diare hebat. Kawannya tewas mengenaskan. Dia membungkus jasad kawannya itu dengan plastik dan dikubur bersama 20 orang lainnya di sebuah bukit. Beberapa minggu kemudian, jasad mereka sudah hilang.
"Belakangan kami tahu bahwa bapak tua yang menjaga tempat itu memberikan mayat-mayat itu untuk pakan anjingnya. Dia punya lima anjing, dan anjing-anjing itu memakan kepala dan bagian tubuh mayat-mayat," kata Jee.
Sumber: VivaNews
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !