Ilustrasi - Foto: Kupang.Tribunnews.com
Biasanya, harga "sewa" disesuaikan dengan fisik PSK. Semakin cantik akan semakin mahal tarifnya. "Kami tidak mau basa-basi dalam melakukan transaksi, kalau tertarik langsung datangi. Harga deal, langsung! Atau, mau menemani minum-minum juga tidak apa-apa, asal cocok saja," ujar salah satu PSK yang ditemui di kawasan itu, akhir pekan lalu.
Di dalam lokalisasi yang berada di perumahan padat penduduk ini terdapat ratusan PSK. Kebanyakan PSK berasal dari luar Kota Yogya, ada yang dari Temanggung, Semarang, Jepara, Nganjuk, bahkan Jawa Timur dan Kalimantan. Begitu juga dengan induk semang alias mucikarinya, mereka datang dari Magelang, Surabaya, dan Bandung.
Satu rumah bordil di Sarkem bisa dihuni hingga belasan PSK bersama satu induk semang. Rumah yang pada malam hari berubah menjadi tempat mangkal tersebut sudah dilengkapi dengan sofa panjang, minibar, sound system, dan beberapa kamar. Tarif per kamar antara Rp 50.000 dan Rp 60.000. Adapun tarif bermalam sebesar Rp 70.000-Rp 80.000 dengan fasilitas kamar, tempat tidur, handuk, dan kipas angin.
Buka sejak sore hari hingga menjelang pagi, dipastikan gang-gang di Sarkem akan berjubel dengan laki-laki hidung belang saat musim libur tiba. "Hari biasa saya bisa melayani dua atau tiga laki-laki, tetapi kalau musim liburan saya bisa sampai empat-lima kali. Itu juga tergantung fisik saya," papar seorang PSK yang mengaku sudah terjun di bisnis ini sejak tiga tahun lalu.
Untuk menjamin kesehatan mereka, PSK ini mengaku, setiap pengunjung diharuskan memakai kondom. Gerakan menggunakan kondom mulai digalakkan setelah beberapa yayasan dan LSM memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada para PSK beberapa tahun yang lalu.
Sarkem, Area Prostitusi di Jantung Kota Yogya
Jalan menuju Malioboro dari arah barat, jika dilihat dari luar, tak lebih dari jalan perkampungan pada umumnya. Hotel-hotel dan penginapan murah yang berjajar di selatan jalan seakan menjadi tirai besar yang menutup lokalisasi yang ada di dalamnya. Untuk bisa masuk ke dalam perkampungan itu, pengunjung harus membayar sebesar Rp 2.000.
Di lokalisasi ini, pengunjung harus berjalan di antara gang-gang sempit untuk bisa sampai ke lokasi. Perempuan-perempuan berpakaian seksi dengan senyum menggoda sudah siap menyambut mereka yang datang ke dalam kampung tersebut. Kolaborasi antara lampu warna-warni, aroma parfum yang menyengat dan musik dangdut koplo akan ditemui di sana, khas lokalisas* [Tribunnews.com]
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !